Saturday, July 04, 2009

# dear diary # inspiration

Perempuan yang dicintai suaminya -- girls please don't cry

A bit supprising and so touching story. Huhuhuhu... feel free to read this story .... sending by one of my friend ... 'B', thank you for making me finally cry *again* - hihihihihi ....

Kehidupan pernikahan kami awalnya baik2 saja
menurutku. Meskipun menjelang pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah
menikah Mario tampak baik dan lebih menuruti
apa mauku.

Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia
cenderung diam dan pergi kekantornya bekerja sampai subuh, baru pulang kerumah,
mandi, kemudian mengantar anak kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit,
makannya pun sedikit. Aku pikir dia workaholic.

Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja,
dan saat dia pulang kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karena waktu
pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan
tidak memerlukan hal2 seperti itu sebagai ungkapan sayang.

Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi
nonton berdua, bahkan makan berdua diluarpun hampir tidak pernah. Kalau
kami makan di meja makan berdua, kami asyik
sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting
piring yang beradu dengan sendok garpu.

Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran
dikamar, atau main dengan anak2 kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena
dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas.

Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 8
tahun pernikahan kami. Sampai suatu ketika, disuatu hari yang terik,
saat itu suamiku tergolek sakit dirumah sakit, karena jarang makan, dan sering
jajan di kantornya, dibanding makan dirumah, dia kena typhoid, dan harus
dirawat di RS, karena sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada saat dia masih
di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama
meisha, temannya Mario saat dulu kuliah.

Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi
aku tidak pernah melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya
bersinar indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan2
waktu berhenti berputar dan terpana dengan kalimat2nya yang ringan dan penuh
pesona. Setiap orang, laki2 maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat,
akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.

Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama
mereka kuliah dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang
punya teman yang akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada
pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di
advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk
perusahaan tempatnya bekerja.

Aku mulai mengingat2 5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada
Mario, setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari
bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering
tertawa lepas. Tapi disaat lain, dia sering termenung didepan komputernya. Atau
termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang
membingungkan.

Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit
dan masih dirawat di RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta
lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk
kamar, dan menyapa dengan suara riangnya,

" Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini ?
tidak mau makan juga? uhh… dasar anak nakal, sini piringnya, " lalu
dia terus mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario, tiba2 saja sepiring
nasi itu sudah habis ditangannya. Dan….aku tidak pernah melihat tatapan
penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah
seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun !

Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya
membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih sakit
dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih
sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan
susah payah. Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang kerumah saat
ulang tahun perkawinan kami kemarin.. Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia
lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.

Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat
perempuan itu. Meisha begitu manis, dia bisa hadir tiba2, membawakan
donat buat anak2, dan membawakan ekrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan2,
kadang mengajakku nonton. kali lain, dia datang bersama suami dan ke-2 anaknya
yang lucu2.

Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati
bidadari itu? karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak
dihatinya.

Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta, aku
tidak pernah menyangka, hatikupun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.

Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7
tahun, rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia
berhasil membuka password email Papa nya, dan memanggilku, " Mama, mau
lihat surat
papa buat tante Meisha ?"

Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat
elektronik itu,

Dear Meisha,

Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi
seluruh relung hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini,
bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku
mencintainya, karena dia ibu dari anak2ku.

Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah
aku sungguh2 mencintainya. . Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku
memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak
menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik2
terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup
mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi
kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku menikahinya.

Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta
untuknya, seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2
beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya.
Seperti pepohonan di hutan2 belantara yang tidak pernah minta disirami, namun
tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.

Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau
sudah menjadi milik orang lain dan aku adalah laki2 yang sangat memegang
komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah
mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan
segala yang dia inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh
hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan
untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa
engkau mengerti, you are the only one in my heart.

yours,

Mario

Mataku terasa panas. Jelita , anak sulungku
memelukku erat. Meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku
yang sangat mengerti dan menyayangiku.

Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku.
Dia mencintai perempuan lain.

Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis
surat hampir setiap hari untuk suamiku.
Surat itu aku simpan
diamplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.

Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya.
Aku mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu
aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anak2ku. Mario merasa heran,
karena aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek tas
dan baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku
karena aku malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman2ku sudah menikah semua.
Ternyata dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.

Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang
perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ? Kenapa dia tidak
mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku ? itu
lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu
menikahiku. Betapa malangnya nasibku.

Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap merawatnya
dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu terus didalam hatinya.
Dengan pura2 tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai
perempuan itu. Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan
selalu mencintainya.

**********

Setahun kemudian…

Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah
pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.

" Mario,
suamiku….

Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku
pertama kali bekerja dikantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku
begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku
ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif
ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan
tidak memperdulikan aku. Aku merasa diatas angin, ketika kamu hanya diam dan
menuruti keinginanku… Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan
banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga
mau melakukan apa saja untukku…...

Ternyata aku keliru…. aku menyadarinya tepat
sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari
seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario.

Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata,
" kenapa, Rima ? Kenapa kamu mesti cemburu ? dia sudah menikah, dan
aku sudah memilihmu menjadi istriku ?"

Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan
sombongnya.

Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau
tidak pernah bahagia bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan
cintamu. Aku bukanlah wanita yang sempurna yang engkau inginkan.

Istrimu,

Rima"

D i surat yang
lain,

"………Kehadiran perempuan itu
membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau mulai terasa
hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu
untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua
bola matamu saat memandang Meisha……"

Disurat yang kesekian,

"…….Aku bersumpah, akan membuatmu
jatuh cinta padaku.

Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat kan, aku tidak
lagi marah2 padamu, aku tidak lagi suka membanting2 barang dan berteriak jika
emosi. Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku
tidak lagi boros, dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan
ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang kerumah. Dan aku selalu
meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku
merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi,
aku menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, dirumah sakit saat
engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu
bermasalah…….

Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari
matamu, aku akan tetap berusaha dan menantinya…….."

Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari
kedua mata indahnya… dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.

Disurat terakhir, pagi ini…

"………….. Hari ini
adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau tidak pulang kerumah, tapi tahun ini
aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling
enak sedunia. Kemarin aku belajar membuatnya dirumah Bude Tati, sampai
kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku
hanya mengendarai motor.

Saat aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat sinar
kekhawatiran dimatamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti
baju supaya tidak sakit.

Tahukah engkau suamiku,

Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita
pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar
kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda2 cinta mulai bersemi dihatimu
?………"

Jelita menatap Meisha, dan bercerita,

" Siang itu Mama menjemputku dengan motornya,
dari jauh aku melihat keceriaan diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan
tangannya kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar
dari mama seperti siang itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah2
kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya. Mama memarkir motornya diseberang
jalan, Ketika mama menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan
dengan kecepatan tinggi…… aku tidak sanggup melihatnya terlontar,
Tante….. aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi
bergerak……" Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah
cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia
sangat dewasa.

Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print
tadi pagi. Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku
ingin Rima membacanya.

Dear Meisha,

Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda,
dia tidak lagi marah2 dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi,
dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan
memeluknya. Tiba2 aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia.
Hatiku mulai bergetar…. Inikah tanda2 aku mulai mencintainya ?

Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau
sarankan, Meisha. Dan besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku
akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor
kemana-mana. Bukan karena dia ibu dari anak2ku, tapi karena dia belahan
jiwaku….

Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang
masih terduduk disamping nisan Rima. Diwajahnya tampak duka yang dalam.
Semuanya telah terjadi, Mario. Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang,
ketika seseorang itu telah pergi meninggalkan kita.

Jakarta ,
7 Januari 2009 (dedicated to my friend....may you rest in peace...)

Yesterday is a history.
Tomorrow is a mystery.
Today is a gift.
That's why it's called "present".

No comments:

Post a Comment